UJI KUALITATIF
FLAVONOID DALAM BELIMBING MANIS
(Averhoa carambola L. )
Nama kelompok :
1. Endah mahardhika Sukmamei (A101.18.011)
2. Ervita Ika maulana (A101.18.012)
3. Esty Pratiwi (A101.18.013)
4. Fajarwati (A101.18.014)
5. Hesti Listiyanti (A101.18.015)
AKADEMI ANALIS KESEHATAN
NASIONAL SURAKARTA
TAHUN 2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Negara tropis adalah negara yang berada dalam wilayah yang tropis. Daerah tropis adalah zona tropic of cancer, paralel lintang pada 23½° utara dan tropic capricorn, paralel lintang pada 23½° selatan, seluruh bagian dari daerah tropis mendapat sinar matahari tegak lurus pada tengah hari minimal satu hari dalam setiap tahun. Di tengah-tengah daerah tropis terletak khatulistiwa. Daerah tropis identik dengan tumbuhan yang beranekaragam. Indonesia merupakan salah satu negara tropis. Oleh karena itu, Indonesia memiliki beranekaragam tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia terutama dalam bidang kesehatan. Hal ini disebabkan karena tumbuhan memiliki senyawa-senyawa tertentu yang memiliki potensi menyembuhkan penyakit.
Salah satu senyawa yang banyak terdapat dalam tumbuh – tumbuhan adalah flavonoid.
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida, isoflavon C- dan O-glikosida, flavonon C- dan O-glikosida, khalkon dengan C- dan O-glikosida dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida dan dihidroflavonol O-glikosida. Golongan flavon, flavonol, flavonon, isoflavon dan khalkon juga sering ditemukan dalam bentuk aglikonnya.
Flavonoid adalah senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Senyawa ini dapat ditemukan pada batang, daun, buah dan bunga. Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Kuersetin adalah kelas aktif flavonoid yang secara biologis amat kuat. Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1 maka kuersetin memiliki aktivitas antioksidan 4,7. Flavonoid merupakan sekelompok antioksidan bersama polifenol yang terdiri atas antosianidin, biflavon, katekin, flavonon, flavon, dan flavonol. Kuersetin termasuk dalam flavonol.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu senyawa kelompok fenol terbesar yang ditemukaan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, serta kuning yang ditemukan pada bagian tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 . Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yakni 1,3-diarilpropana atau flavonoid, 1,2-diarilpropana atau isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropana atau neoflavonoid.
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
a. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin. Antosianin tidak tampak jelas dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan.
Antosianidin terdapat enam jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin. Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Dengan ion logam, antosianin membentuk senyawa kompleks yang berwarna abu-abu violet. Karena itu pada pengalengan bahan yang mengandung antosianin, kalengnya perlu mendapat lapisan khusus (lacquer).
b. Flavonol
Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’ heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6 (A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi, diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin. . Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida.
c. Khalkon
Khalkon cepat mengalami isomerasi menjadi flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke arah flavanon. Beberapa khalkon misalnya merein, koreopsin, stillopsin, lanseolin yang terdapat dalam tanaman, terutama sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning, kebanyakan terdapat dalam tanaman Heliantheaetribe, Coreopsidinae subtribe, dan family Compositea.
d. Flavon
Flavon stabil terhadap asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau dengan aluminium klorida dalam pelarut inert.
Namun demikian, selama demetilasi tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon . Dalam keadaan khusus pembukaan lanjut dapat terjadi. Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera terjadi pada kondisi yang cocok, sehingga 5-hidroksi-polimetoksiflavon mudah dibuat.
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Meskipun isoflavon merupakan salah satu metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut tidak mengandung isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk mensintesanya. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi. Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui fungsi fisiologisnya, misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan.
3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
a. Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh glikosida ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air. Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa disamping galaktosa, ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang glukoronat dan galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain.
b. Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam. Biasanya gula terikat pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.
c. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai ekologi dengan habitat air.
d. Biflavonoid
Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.
Gambar 1. Struktur flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid
Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen (turunan tanin).
2. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3. Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami.
Istilah flavonoid yang diberikan untuk senyawa fenol ini berasal dari kata flavon, yakni nama dari salah satu flavonoid yang teerbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan. Senyawa- senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman (Gambar 2), dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen, sehingga membentuk suatu cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Gambar 2. 2-fenilkroman
Senyawa – senyawa flavonoid terdiri atas beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dan system 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sering sekali disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae.
Senyawa- senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuhan tinggi, seperti bunga, daun, ranting, buah, kayu, kulit kayu, dan akar. Akan tetapi, senyawa flavonoid tertentu sering kali terkonsentrasi dalam suatu jaringan tertentu, misalnya antosainidin adalah zat warna dari bunga, buah, dan daun.
Sebagian besar flavonoid alam ditemukan dalan bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal. Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoid dapat ditemukan sebagai mono, di, atau triglikosida, dmana 1,2, atau 3 gugus hidroksil dalam bentuk molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam pelarut organic seperti eter, benzene, kloroform dan aseton.
Klasifikasi senyawa flavonoid :
Flavonoid dibentuk dari jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan polimer. Masing-masing jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu posisi 2,4,6. cincin B flavonoid mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosikllis dalam senyawa trisiklis.
Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :
a. Hidrokalkon yaitu Cincin A – COCH2CH2 – Cincin B
b. Flavanon, kalkon yaitu Cincin A – COCH2CHOH – Cincin B
c. Flavon yaitu Cincin A – COCH2CO – Cincin B
d. Antosianin yaitu Cincin A – CH2COCO – Cincin B
e. Auron yaitu Cincin A – COCOCH2 – Cincin B
Contoh tanaman yang mengandung flavonoid :
1) Bunga sepatu (hibiscus rosasinensis).
Zat berkhasiat : lender, flavonoid, dan zat samak.
Fungsi : Obat batuk, bronchitis, obat demam, radang payudara (obat luar), intiinflamasi, diuretic, analgetik, dan sedative.
2) Nangka (Artocarpus integra Merr.Thumb)
Zat berkhasiat : morin, flavon, sianomaklurin, dan tannin.
Fungsi : obat anti spasmodik dan sedative
3) Kulit kina (Cinchona succirubra)
Zat berkhasiat : alkaloida kinina, saponin, flavonoida, dan politenol.
Fungsi : anti malaria
4) Sidaguri (Sidarhombifolia L)
Zat berkhasiat : flavonoid, sterol alkaloid hipafornia gula, triterpenoid.
Fungsi : Obat batuk darah, ketombe, rematik, radang, amandel, selesma, usus buntu, dan bisul.
5) Gandarusa (Justicia gendarussa burm.F)
Zat Berkhasiat : alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol alkaloidyustisina dan minyak atsiri.
Fungsi : obat haid tidak teratur, bisul, memar, patah tulang, rematuik, dan sakit kepala.
B. Kuersetin
Kuersetin adalah senyawa kelompok flavonoid terbesar. Kuersetin dan glikosidanya berada dalam jumlah besar, yaitu 60-70 % dari flavonoid. Kuersetin dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya proses feroksidasi lemak.
Kuersetin mampu mencegah proses oksidasi dari low density-lipoproteins(LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi.
Ketika flavonol kuersetin bereaksi dengan radikal bebas maka kuersetin akan mendonorkan protonnya dan menjadi senyawa radikal, tetapi electron tidak berpasangan yang dihasilkan didelokaslisasi oleh resonansi, hal ini membuat senyawa kuerseti radikal memiliki energy yang sangat rendah untuk menjadi radikal yang aktif.
Gambar 3.struktur kuersetin
Dalam struktur kuersetin terdapat tiga gugus yang membantu dalam menjaga kestabilan dan bertindak sebagai antioksidan ketika bereaksi dengan rasikal bebas. Gugus tersebut antara lain :
1. Gugus ostritdihidroksil pada cincin B
2. Gugus 4-oxo dalam konjugasi dengan alkena 2,3
3. Gugus 3-dan 5-hidroksil
Gugus fungus tersebut dapat mendonorkan electron pada cincin yang akan meningkatkan jumlah resonansi dari struktur benzene senyawa kuersetin. Kebanyakan flavonoid terikat pada gula dalam bentuk alam minyak, yaitu dalam bentuk O-glikosida, dimana proses glikosilasi dapat terjadi pada gugus hidroksil mana saja untuk menghasilkan gula. Bentuk glikosida kuersetin yang umum ditemukan adalah kuersetin-3-O-β-glukosida.
Gambar 4.kuersetin-3-O-β-glukosida
Konsentrasi tertingi dari flavonol ditemukan dalam sayuran seperti pada bawang dan brokoli, dalam buah seperti apel, chery, berry, dan pada minuman seperti anggur merah. Preparasi dan penyimpanan makanan dapat mempengaruhi konsentrasi kuersetin dalam makanan. Makanan yang telah digoreng atau dimasak memiliki kandungan kuersetin yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses degradasi oleh panas dan dapat melarutkan kuersetin dari air yang mendidih. Hal ini bervariasi untuk yiap jenis makanan misalnya pada bawang yang memiliki kandungan kuersetin konjugasi yang dapat mempertahankan kestabilannya hingga temperature di atas 100oC.
C. Sifat Flavonoid
1. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid
a. Agak asam dan dapat larut dalam basa
b. Dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) dan bersifat polar.
c. Mudah larut dalam air karena adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid.
2. Sifat Kelarutan Flavonoid
Kelarutan flavonoid antara lain :
1) Flavonoid polimetil atau polimetoksi
Larut dalam heksan, petroleum eter (PE), kloroform, eter, etil asetat, dan etanol.
Contoh: sinersetin (nonpolar).
2) Aglikon flavonoid polihidroksi
Tidak larut dalam heksan, PE dan kloroform; larut dalam eter, etil asetat dan etanol; dan sedikit larut dalam air.
Contoh: kuersetin (semipolar).
3) Glikosida flavonoid
Tidak larut dalam heksan, PE, kloroform, eter; sedikit larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut dalam air.
Contoh: rutin.
3. Kestabilan Flavonoid
Secara fisis, flavonoid bersifat stabil. Namun, secara kimiawi ada 2 jenis flavonoid yang kurang stabil, yaitu:
1) Flavonoid O-glikosida
Glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan eter (R-O-R). Flavonoid jenis ini mudah terhidrolisis.
2) Flavonoid C-glikosida
Glikon dan aglikon dihubungkan oleh ikatan C-C. Flavonoid jenis ini sukar terhidrolisis, tapi mudah berubah menjadi isomernya. Misalnya viteksin, dimana gulanya mudah berpindah ke posisi 8. Perlu diketahui, kebanyakan gula terikat pada posisi 5 dan 8, jarang terikat pada cincin B atau C karena kedua cincin tersebut berasal dari jalur sintesis tersendiri, yaitu jalur sinamat.
D. Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan electron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dsri pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif. Beberapa bentuk antioksidan antara klain vitamin, ineral, fitokomia. Berbagai tipe antioksidan bekerja sama dalam melindungi sel normal dan menetralisir radikal bebas. Antioksidan adalah suatu inhibitor yang bejerja menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tak reaktif yang relative lebih stabil.
Radikal bebas adalah atom-atom molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memiliki satu atau labih electron tak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul di sekitrnya untuk memperoleh pasangan electron. Reaksi ini berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak dihentikan akan menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degenerative lainnya. Oleh karena itu, tubuh memerlukam antioksi dan yang mampu menangkap radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit.
Tanaman obat banyak mengandung antioksidan. Efek antioksidan ini disesbabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid, asam fenolat. Biasanya senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang tersubstitusi pada posisi orto dan para terhadap gugus-OH dan –OR.
Flavonoid dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Flavonoid memiliki manfaat antara lain melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan dapat berperan secara langsung sebagai antibiotic dengan cara mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus.
Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan termasuk untuk virus HIV atau AIDS dan virus Herpes.
E. Manfaat Flavonoid
1) Melindungi struktur sel
2) Meningkatkan efektifitas vitamin C
3) Antiinflamasi
4) Antioksidan, sehingga mencegah kanker
5) Mencegah keropos tulang
6) Sebagai antibiotik dengan cara mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus.
F. Cara Uji Flavonoid
1. Sejumlah kurang lebih 1 ml larutan ekstrak ditambah 1-2 ml methanol 50%.
2. Panaskan pada suhu 500C, setelah dingin tambahkan logam Mg dan 4-5 tetesHCl pekat
3. Adanya flavonoid ditunjukan dengan perubahan warna merah atau jingga pada filtrat.
BAB III
PENUTUP
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksin dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Selain itu, flavonoid juga mempunyai banyak kegunaan, antara lain antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan lain-lain. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah. Pada tumbuhan dapat ditemukan pada batang, daun, sayuran, kacang, biji, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Flavonoid merupakan sekelompok antioksidan bersama polifenol yang terdiri atas antosianidin, biflavon, katekin, flavonon, flavon, dan flavonol. Jenis flavonoid ini bergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dan sistem 1,3-diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik. Masing – masing jenis flavonoid memiliki struktur, sifat fisika dan kimia, kelarutan, serta manfaat yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Lenny, sovia. 2006. Senyawa Favonoida, Fenilpropanoida, dan Alkanoida. Medan : Universitas Sumatera Utara.
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf
Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl. Yogyakarta : UII.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Logika/article/viewFile/178/166
Sukadana. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn.L). Bukit Jimbaran : Universitas Udayana.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/viewFile/2740/1939